ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN
BINTANG BERBISA DAN SERANGGA
OLEH:
KELOMPOK II
1.
AGUS LUKMAN
2.
ENDAH DURROTUN
3.
FARIDA NURUL HIDA
4.
FINA AKMILA DEWI
5.
KHOIRUNNISA
6.
NORFANDI AHMAD
7.
NOVIANA ROSIDA
8.
RIKA SETIAWAN
9.
SINTYA PERTIWI
10.
YUNITA MAYA R
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KUDUS
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,karena atashidayahnya,
penyusunanmakalahinidapatterselesaikandenganbaik . Denganjudulmakalah “ASKEP
PADA PASIEN DENGAN GIGITAN BINTANG BERBISA DAN SERANGGA”
initanpasuatuhambatanapapun.
Kami
mengucapkanterimakasihbanyakkepadaparapembimbingdansemuapihak yang
telahmembantudalammenyelesaikantugasiniatasbantuan, bimbingan dan kemudahan
yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikanmakalahini.
Penulisanmakalahadalahmerupakansalahsatutugasdanpersyaratanuntukmenyelesaikantugasmatadasarkebidananklinis
II.Meskipun kami telahberusahadengansegenapkemampuan, namun kami
menyadaribahwadalampenulisanmakalahinipenulismerasamasihbanyakkekurangan-kekuranganbaikpadateknispenulisanmaupunmateri
,mengingatakankemampuan yang dimilikipenulis.
Untukitukritikdan
saran darisemuapihaksangatpenulisharapkan demi penyempurnaanpembuatanmakalahini
yang selanjutnyaakan kami terimadengantanganterbuka.Akhirulkalam ,terimakasih
yang sebesar-besarnyakepadapembimbing yang yangtelahmembimbing kami
untukmembuatmakalahini.
Kudus,
September 2015
Penyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... .........
KATA PENGANTAR................................................................................... .........
DAFTAR ISI.................................................................................................. .........
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latarbelakang...................................................................... .........
1.2Tujuan.................................................................................. .........
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi gigitan bintang berbisa dan serangga………..…....
2.2 Etiologi gigitan bintang berbisa dan
serangga…………………
2.3 Patofisiologi gigitan bintang berbisa dan serangga…………….
2.4 Manifestasi klinis gigitan bintang berbisa dan
serangga………..
2.5 Penatalaksanaan medis gigitan berbisa dan serangga………….
2.6 Pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan
serangga…..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................
3.2 Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gigitan ular
adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Bisa ular
adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas
atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler, dan sistem pernapasan.
(Suzanne
Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001: 2490)
Gigitan
binatang adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan
seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies
adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang
berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti
anjing, monyet dan kucing.
1.1 Rumusan
Masalah
1.1.1
Apa definisi gigitan
bintang berbisa dan serangga?
1.1.2
Bagaimana etiologi
gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.3
Apa manifestasi klinis
bintang berbisa dan serangga?
1.1.4
Bagaimana patofisiologi
gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.5
Bagaimana
penatalaksanaan medis gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.6
Bagaimana
pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.2 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa
dapat mengetahui definisi gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.2 Mahasiswa
dapat mengetahui etiologi gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.3 Mahasiswa
dapat mengetahui manifestasi klinis gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi
gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.5 mahasiswa dapat mengetahui
penatalaksanaan medis gigitan bintang berbisa dan serangga 1.3.8 mahasiswa dapat mengetahui
pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan serangga
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Gigitan ular
adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Bisa
ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang
luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler, dan sistem pernapasan.
(Suzanne
Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001: 2490)
Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat
pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan
oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.
Ular
berbisa dapat dibagi menurut reaksi bisanya yaitu:
1. Neurotoksik
2. Hemolitik
3. Neurotoksik dan hemolitik
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri.Bisa
tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar
khusus.Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar
ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang
mata.Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi
merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas
enzimatik.
B. Macam-Macam
Ular
1. Ular jenis
Neurotoksik
Ular yang tergolong berbisa
neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular kobra, ular kraits, dan ular
karang.
Gejala yang
ditimbulkan :
1. Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan
kelemahan seluruh badan dan berakhir dengan syok
2. Sakit kepala hebat, pusing, mengigau,
pikiran terganggu sehingga tidak sadar
3. Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak
dapat mengambil atau memindahkan benda kecil
4. Sesak nafas karena terjadi kelumpuhan
pernapasan
5. Mual, muntah dan mencret
2. Ular jenis Hemolitik
Ular jenis hemolitik termasuk dalam
keluarga Krotaluidae, sering disebut juga keluarga pit viper yaitu
Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon)
Gejala
yang ditimbulkan
1. Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak
hebat dan terjadi ganggren. Hal ini
disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim proteolitik.
2.
sakit yang hebat di daerah gigitan
3. daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu
berkumpul di jaringan sekitarnya
4.
Sakit kepala hebat dan haus
5. Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga
terjadi melena dan hematuria.
3. Ular Jenis Neurotoksik dan Hemolitik
Ular laut tergolong pada jenis neurotoksik dan hemolitik.
Tanda-tanda
ular beracun:
1. diantara mata dan hidungnya
terdapat cekungan.
2. Mempunyai 2 taring.
3. Pupil lonjong.
4. Dibawah ekornya terdapat
sebaris lempengan.
Tanda-tanda
Ular tidak Beracun:
1. pupilnya bundar.
2. Tidak mempunyai taring atau
cekungan antara mata dan hidung.
3. Dibawah ekornya terdapat 2
baris lempengan.
2.2 ETIOLOGI
a. etiologi gigitan ular
Secara garis besar ular berbisa
dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok:
Colubridae (Mangroce cat
snake, Boiga dendrophilia, dan lain-lain)
Elapidae (King
cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra, dll)
Viperidae (Borneo green pit
viper, Sumatran pit viper , dan lain-lain).
Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan
pendarahan.Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi
pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak
terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular
yang telah diketahui ada 2 macam :
a.
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang
bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak
(menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine
( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut
(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung,
tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular
yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar luka gigitan
yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda
kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis).Penyebaran
dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan
jantung.Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
b. etiologi
gigitan bintang
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk
genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret
yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan
penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah
hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die
tollwut (Jerman), atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila.
Adapun penyebab dari rabies adalah :
• Virus rabies.
• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
Adapun penyebab dari rabies adalah :
• Virus rabies.
• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
2.3 PATOFISIOLOGI
a.
patofisiologi gigitan bintang berbisa
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa
tersebut bersifat:
Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal
karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot
pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai
dengan koma.
Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim
lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan
itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi
klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM,
hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan
kerusakan otot jantung.
Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya
berakibat terganggunya kardiovaskuler.
Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di
jaringan pada tempat patukan
Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran
bisa
b. patofisiologi gigitan bintang
Virus
rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada
hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang
tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis
dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm /
jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan
masuk ke dalam air liur.
Pada
20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang
menjalar ke seluruh tubuh.Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode
yang pendek dari depresi
mental, keresahan, tidak enak badan
dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan
penderita akan mengeluarkan air liur.Kejang otot tenggorokan dan pita suara
bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Kejang
ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan
kekejangan ini.Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini
disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada
seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi
pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular
adalah :
Tanda-tanda bekas taring, laserasi
Bengkak dan kemerahan, kadang-kadang bulae atau vasikular
Sakit kepala, mual, muntah
Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut
Demam
Keringat dingin
Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4
stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya,
yaitu:
• Gejala prodromal non spesifik
• Ensefalitis akut
• Disfungsi batang otak
• Koma dan kematian
STADIUM LAMANYA (% KASUS) MANIFESTASI KLINIS
• Inkubasi < 30 hari (25%) 30-90 hari (50%) 90 hari-1 tahun (20%) >1 tahun (5%) Tidak ada
• Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka gigitan, demam, malaise, anoreksia, mual dan muntah, nyeri kepala, letargi, agitasi, ansietas, depresi, neurologik akut
• Furious (80%)
• Gejala prodromal non spesifik
• Ensefalitis akut
• Disfungsi batang otak
• Koma dan kematian
STADIUM LAMANYA (% KASUS) MANIFESTASI KLINIS
• Inkubasi < 30 hari (25%) 30-90 hari (50%) 90 hari-1 tahun (20%) >1 tahun (5%) Tidak ada
• Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka gigitan, demam, malaise, anoreksia, mual dan muntah, nyeri kepala, letargi, agitasi, ansietas, depresi, neurologik akut
• Furious (80%)
• Paralitik
• Koma (0-14 hari)
Halusinasi, bingung, delirium, tingkah laku aneh, takut, agitasi, menggigit, hidropobia,
Halusinasi, bingung, delirium, tingkah laku aneh, takut, agitasi, menggigit, hidropobia,
hipersaliva, disfagia, avasia, hiperaktif, spasme faring,
aerofobia, hiperfentilasi, hipoksia, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma
abnormalitas ADH.
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada gigitan bintang berbisa:
1.
Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip
ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan
ventilator. Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin
berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan,
pembengkakan.
2.
Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan kardiovaskuler.
4.
Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2ampul / dalam
500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum
pemberian SABU 20 ampul per 24 jam. Bila jenis ular yang mengigit
diketahui dan ada SABU yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan,
atau alternatif bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa polivalen.
5.
Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic
/antiseptic.
6.
Waspadai terjadi kompartemen sindrom :5P (pain, pallor,
pulselessness, paralysis, pale)
7.
Berikan terapi suportif :tetanus toxoid, antibiotik
Pertolongan
pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari
pertolongan medis jangan tinggalkan korban.selanjutnya lakukan prinsip :
R = Reassure
yakinkan kondisi
korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan
darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. terkadang
pasien pingsan / panik karena kaget.
I = Immobilisation
jangan
menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika
dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang: lakukan tehnik balut tekan
( pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat
prosedur pressure immobilization (balut tekan)
G = Get
bawa korban ke rumah sakit sesegera
dan seaman mungkin.
T =Tell the Doctor
informasikan ke dokter tanda dan
gejala yang muncul pada korban.
Penatalaksanaan gigitan bintang
a. Tindakan
Pengobatan
1.
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang
digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies.
Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang
terinfeksi rabies.Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan
kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut
mungkin saja terinfeksi rabies.
2.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam
disemprot dengan air sabun.Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang
belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan
immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat
gigitan.
3.
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan
pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan
pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan.Jarang terjadi reaksi
alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani
vaksinasi.
4. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi,
maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap
dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
5.
Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang,
kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak
dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat.Mereka dipindahkan
ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru,
jantung, dan otak.Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya
efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
2.6 PENGKAJIAN-INTERVESI KEPERAWATAN
a. pengkajian
a. Status Pernafasan
• Peningkatan tingkat pernapasan
• Takikardi
• Suhu umumnya meningkat (37,9ยบ C)
• Menggigil
• Peningkatan tingkat pernapasan
• Takikardi
• Suhu umumnya meningkat (37,9ยบ C)
• Menggigil
b. Status Nutrisi
• kesulitan dalam menelan makanan
• berapa berat badan pasien
• mual dan muntah
• porsi makanan dihabiskan
• status gizi
• kesulitan dalam menelan makanan
• berapa berat badan pasien
• mual dan muntah
• porsi makanan dihabiskan
• status gizi
c. Status Neurosensori
• Adanya tanda-tanda inflamasi
• Adanya tanda-tanda inflamasi
d. Keamanan
• Kejang
• Kelemahan
• Kejang
• Kelemahan
e. Integritas Ego
• Klien merasa cemas
• Klien kurang paham tentang penyakitnya
• Klien merasa cemas
• Klien kurang paham tentang penyakitnya
Pengkajian Fisik
Neurologik :
a. Tanda – tanda vital:
• Suhu
• Pernapasan
• Denyut jantung
• Tekanan darah
• Tekanan nadi
• Suhu
• Pernapasan
• Denyut jantung
• Tekanan darah
• Tekanan nadi
b. Hasil pemeriksaan
kepala Fontanel :
• menonjol, rata, cekung
• Bentuk Umum Kepala
• menonjol, rata, cekung
• Bentuk Umum Kepala
c. Reaksi Pupil
• Ukuran
• Reaksi terhadap cahaya
• Kesamaan respon
• Ukuran
• Reaksi terhadap cahaya
• Kesamaan respon
d. Tingkat kesadaran
Kewaspadaan :
• respon terhadap panggilan
• Iritabilitas
• Letargi dan rasa mengantuk
• Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
• respon terhadap panggilan
• Iritabilitas
• Letargi dan rasa mengantuk
• Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
e. Afek
• Alam perasaan
• Labilitas
• Alam perasaan
• Labilitas
f. Aktivitas kejang
• Jenis
• Lamanya
• Jenis
• Lamanya
g. Fungsi sensoris
• Reaksi terhadap nyeri
• Reaksi terhadap suhu
• Reaksi terhadap nyeri
• Reaksi terhadap suhu
h. Refleks
• Refleks tendo superficial
• Reflek patologi
• Refleks tendo superficial
• Reflek patologi
b. diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
b. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks
menelan
c. Demam berhubungan dengan viremia
c.intervensi
.1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi :
Intervensi :
Berikan isolasi atau
pantau pengunjung sesuai indikasi
Cuci tangan sebelum
dan sesudah aktivitas terhadap klien
Ubah posisi klien
sesering mungkim minimal 2 jam sekali
Batasi penggunaan alat
atau prosedur infasive jika memungkinkan
Lakukan insfeksi
terhadap luka alat infasif setiap hari
Lakukan tehnik steril
pada waktu penggantian balutan
Gunakan sarung tangan
pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari
kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
Pantau kecenderungan
suhu mengigil dan diaforesis
Inspeksi flak putih
atau sariawan pada mulut
Berikan obat
antiinfeksi (antibiotic)
b. Gangguan pola nutrisi
berhubungan dengan penurunan refleks menelan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Intervensi :
Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami
pasien.
R/: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
R/: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
R/: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien
R/: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
R/: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
R/: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
R/: Untuk menghindari mual.
R/: Untuk menghindari mual.
Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
R/: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
R/: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Kaloborasi pemberian obat-obatan antiemetik sesuai program
dokter.
R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien meningkat.
R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien meningkat.
Ukur berat badan pasien setiap minggu.
R/: Untuk mengetahui status gizi pasien
R/: Untuk mengetahui status gizi pasien
c. Demam berhubungan
dengan viremia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
demam pasien teratasi
Intervensi :
Kaji saat timbulnya demam
R/: Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
R/: Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan)
setiap 3 jam
R/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
R/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Berikan kompres hangat
R/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu badan.
R/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu badan.
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai
program dokter.
R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun.Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu.Salah satu penyebab keracunan
adalah gigitan binatang.Rabies adalah penyakit
infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal
yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan
kucing.
Pada
20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang
menjalar ke seluruh tubuh.Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode
yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam.
Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita
akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
B.
SARAN
1. Dengan
terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat memahami tentang gigitan bintang buas dan
berbisa
2. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan
menambah wawasan tentang gigitan bintang puas dan berbisa
DAFTAR PUSTAKA
Noer Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam.FKUI : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
FKUI : Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Marilyn
E. Doenges .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah Kariasa I Made.
EGC: Jakarta