Sabtu, 24 September 2016

makalah asuhan keperawatan gigitan binatang berbisa dan serangga




ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GIGITAN
BINTANG BERBISA DAN SERANGGA


 










OLEH:
KELOMPOK II
1.      AGUS LUKMAN
2.      ENDAH DURROTUN
3.      FARIDA NURUL HIDA
4.      FINA AKMILA DEWI
5.      KHOIRUNNISA
6.      NORFANDI AHMAD
7.      NOVIANA ROSIDA
8.      RIKA SETIAWAN
9.      SINTYA PERTIWI
10.  YUNITA MAYA R

                                    PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2015/2016



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,karena atashidayahnya, penyusunanmakalahinidapatterselesaikandenganbaik . Denganjudulmakalah “ASKEP PADA PASIEN DENGAN GIGITAN BINTANG BERBISA DAN SERANGGA” initanpasuatuhambatanapapun.

Kami mengucapkanterimakasihbanyakkepadaparapembimbingdansemuapihak yang telahmembantudalammenyelesaikantugasiniatasbantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikanmakalahini.
Penulisanmakalahadalahmerupakansalahsatutugasdanpersyaratanuntukmenyelesaikantugasmatadasarkebidananklinis II.Meskipun kami telahberusahadengansegenapkemampuan, namun kami menyadaribahwadalampenulisanmakalahinipenulismerasamasihbanyakkekurangan-kekuranganbaikpadateknispenulisanmaupunmateri ,mengingatakankemampuan yang dimilikipenulis.

Untukitukritikdan saran darisemuapihaksangatpenulisharapkan demi penyempurnaanpembuatanmakalahini yang selanjutnyaakan kami terimadengantanganterbuka.Akhirulkalam ,terimakasih yang sebesar-besarnyakepadapembimbing yang yangtelahmembimbing kami untukmembuatmakalahini.


                                                                                                            Kudus, September 2015                                                               

                                                                                                                          Penyusun,




DAFTAR ISI
         

HALAMAN DEPAN..................................................................................... .........
KATA PENGANTAR................................................................................... .........
DAFTAR ISI.................................................................................................. .........
BAB   I           PENDAHULUAN
1.1Latarbelakang...................................................................... .........
1.2Tujuan.................................................................................. .........
BAB II           PEMBAHASAN
2.1 Definisi  gigitan bintang berbisa dan serangga………..…....      
2.2 Etiologi gigitan bintang berbisa dan serangga………………… 
2.3 Patofisiologi gigitan bintang berbisa dan serangga…………….
2.4 Manifestasi klinis gigitan bintang berbisa dan serangga………..
2.5 Penatalaksanaan medis gigitan berbisa dan serangga………….
2.6 Pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan serangga…..
BAB III          PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................           
3.2 Saran...................................................................................           
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan  sistem pernapasan.
(Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001: 2490)
     Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.

1.1  Rumusan Masalah
1.1.1        Apa definisi gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.2        Bagaimana etiologi gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.3        Apa manifestasi klinis bintang berbisa dan serangga?
1.1.4        Bagaimana patofisiologi gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.5        Bagaimana penatalaksanaan medis gigitan bintang berbisa dan serangga?
1.1.6        Bagaimana pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan serangga?




1.2  Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui definisi gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui etiologi gigitan bintang berbisa dan serangga
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis gigitan bintang berbisa dan serangga
 1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi gigitan bintang berbisa dan serangga
 1.3.5 mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis gigitan bintang berbisa dan serangga    1.3.8 mahasiswa dapat mengetahui pengkajian-intervensi gigitan bintang berbisa dan serangga





























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan  sistem pernapasan.
(Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001: 2490)

      Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.

Ular berbisa dapat dibagi menurut reaksi bisanya yaitu:
1.      Neurotoksik
2.      Hemolitik
3.      Neurotoksik dan hemolitik
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri.Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus.Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata.Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

B.  Macam-Macam Ular
1. Ular jenis Neurotoksik
            Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular kobra, ular kraits, dan ular karang.
Gejala yang ditimbulkan :
1.    Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan berakhir dengan syok
2.    Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar
3.    Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan benda kecil
4.    Sesak nafas karena terjadi kelumpuhan pernapasan
5.    Mual, muntah dan mencret

2.  Ular jenis Hemolitik
            Ular jenis hemolitik termasuk dalam keluarga Krotaluidae, sering disebut juga keluarga pit viper yaitu Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon)
Gejala yang ditimbulkan
1. Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi ganggren.  Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim proteolitik.
2. sakit yang hebat di daerah gigitan
3. daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di jaringan sekitarnya
4. Sakit kepala hebat dan haus
5. Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga terjadi melena dan hematuria.

3. Ular Jenis Neurotoksik dan Hemolitik
Ular laut tergolong pada jenis neurotoksik dan hemolitik.
Tanda-tanda ular beracun:
1.      diantara mata dan hidungnya terdapat cekungan.
2.      Mempunyai 2 taring.
3.      Pupil lonjong.
4.      Dibawah ekornya terdapat sebaris lempengan.


Tanda-tanda Ular tidak Beracun:
1.      pupilnya bundar.
2.      Tidak mempunyai taring atau cekungan antara mata dan hidung.
3.      Dibawah ekornya terdapat 2 baris lempengan.
2.2 ETIOLOGI
a. etiologi gigitan ular
Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok:
Colubridae (Mangroce cat snake, Boiga dendrophilia, dan lain-lain)
Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra, dll)
Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatran pit viper , dan lain-lain).

Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan.Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .  Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :
a.         Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
b.         Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis).Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung.Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
b. etiologi gigitan bintang
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila.
Adapun penyebab dari rabies adalah :
• Virus rabies.
• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
2.3 PATOFISIOLOGI
a. patofisiologi gigitan bintang berbisa
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
  Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
  Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
  Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
  Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
  Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
  Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan
  Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa
b. patofisiologi gigitan bintang
       Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
       Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh.Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi
mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
       Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini.Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah :
  Tanda-tanda bekas taring, laserasi
  Bengkak dan kemerahan, kadang-kadang bulae atau vasikular
  Sakit kepala, mual, muntah
  Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut
  Demam
  Keringat dingin
Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu:
• Gejala prodromal non spesifik
• Ensefalitis akut
• Disfungsi batang otak
• Koma dan kematian
STADIUM LAMANYA (% KASUS) MANIFESTASI KLINIS
• Inkubasi < 30 hari (25%) 30-90 hari (50%) 90 hari-1 tahun (20%) >1 tahun (5%) Tidak ada
• Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka gigitan, demam, malaise, anoreksia, mual dan muntah, nyeri kepala, letargi, agitasi, ansietas, depresi, neurologik akut
• Furious (80%)
• Paralitik
• Koma (0-14 hari)
Halusinasi, bingung, delirium, tingkah laku aneh, takut, agitasi, menggigit, hidropobia,
hipersaliva, disfagia, avasia, hiperaktif, spasme faring, aerofobia, hiperfentilasi, hipoksia, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH.

2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada gigitan bintang berbisa:
1.                  Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip ABC) kesulitan bernafas  memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator. Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, pembengkakan.
2.                  Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan kardiovaskuler.
3.                  Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan pernafasan.
4.                  Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2ampul / dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU 20 ampul per 24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa polivalen.
5.                  Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic /antiseptic.
6.                  Waspadai terjadi kompartemen sindrom :5P (pain, pallor, pulselessness, paralysis, pale)
7.                  Berikan terapi suportif :tetanus toxoid, antibiotik

Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban.selanjutnya lakukan prinsip :
      R = Reassure
yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. terkadang pasien pingsan / panik karena kaget.
      I = Immobilisation
jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang: lakukan tehnik balut tekan ( pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan)
           G = Get
bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
           T =Tell the Doctor
informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul pada korban.
Penatalaksanaan gigitan bintang
a.    Tindakan Pengobatan
1.    Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies.Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2.    Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun.Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
3.    Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan.Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4.     Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
5.    Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat.Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak.Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
2.6 PENGKAJIAN-INTERVESI KEPERAWATAN
a. pengkajian
a.    Status Pernafasan
• Peningkatan tingkat pernapasan
• Takikardi
• Suhu umumnya meningkat (37,9ยบ C)
• Menggigil
b.    Status Nutrisi
• kesulitan dalam menelan makanan
• berapa berat badan pasien
• mual dan muntah
• porsi makanan dihabiskan
• status gizi
c.     Status Neurosensori
• Adanya tanda-tanda inflamasi
d.    Keamanan
• Kejang
• Kelemahan
e.    Integritas Ego
• Klien merasa cemas
• Klien kurang paham tentang penyakitnya

 Pengkajian Fisik Neurologik :
a.    Tanda – tanda vital:
• Suhu
• Pernapasan
• Denyut jantung
• Tekanan darah
• Tekanan nadi
b.    Hasil pemeriksaan kepala Fontanel :
• menonjol, rata, cekung
• Bentuk Umum Kepala
c.    Reaksi Pupil
• Ukuran
• Reaksi terhadap cahaya
• Kesamaan respon
d.   Tingkat kesadaran Kewaspadaan :
• respon terhadap panggilan
• Iritabilitas
• Letargi dan rasa mengantuk
• Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
e.    Afek
• Alam perasaan
• Labilitas
f.     Aktivitas kejang
• Jenis
• Lamanya
g.     Fungsi sensoris
• Reaksi terhadap nyeri
• Reaksi terhadap suhu
h.    Refleks
• Refleks tendo superficial
• Reflek patologi
b. diagnosa keperawatan
a.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
b.        Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
c.           Demam berhubungan dengan viremia
c.intervensi
.1.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak  adekuat
Intervensi :


  Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
  Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
  Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
  Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
  Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
  Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
  Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka  atau   antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
  Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
  Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
  Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

b.    Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Intervensi :
Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
R/: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
R/: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
R/: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
R/: Untuk menghindari mual.
Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
R/: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Kaloborasi pemberian obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien meningkat.
Ukur berat badan pasien setiap minggu.
R/: Untuk mengetahui status gizi pasien

c.    Demam berhubungan dengan viremia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi
Intervensi :
Kaji saat timbulnya demam
R/: Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
R/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Berikan kompres hangat
R/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu badan.
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.











BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun.Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu.Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan binatang.Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang salah satunya disebabkan oleh gigitan binatang seperti anjing, monyet dan kucing.
                        Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh.Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.


B.    SARAN
1.         Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat   memahami tentang gigitan bintang buas dan berbisa
2.         Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang gigitan bintang puas dan berbisa

DAFTAR PUSTAKA


Noer Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam.FKUI : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
FKUI : Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Marilyn E. Doenges .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah Kariasa I Made.
            EGC: Jakarta